Kamis, 16 Februari 2012

Pendidikan Spiritual Lahirkan Karakter (Akhlaq Al-Karimah)

Islam sebetulnya memberikan kerangka landasan normatif yang komperhensif terhadap masalah keduniawian. Spektrum Islam tercemin dalam tema-tema besar yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.[1] Oleh karena itu, bila kita melakukan elaborasi yang teliti terhadap substansi agama Islam, akan kita temukan bukan hanya doktrin-doktrin ke-Tuhanan dan etika, melainkan juga konsep-konsep yang aplicable misalnya di bidang sains khususnya pada pelajaran disekolah.
 Pada perkembangan zaman saat ini hampir semua orang selalu berorentasi kepada materi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang menyebabkan manusia sampai melupakan bahwa yang mereka dapat adalah berasal dari Allah SWT. Kemajuan pemikiran yang kita rasakan akhir-akhir ini tidak menjamin suatu kebahagiaan dalam hidup. Bahkan fakta berbicara bahwa kegalauan hidup, kekeringan jiwa menjadi fenomena yang menjamur dalam setiap para ahli fisikawan karena tidak dibarengi dengan nilai-nilai spiritual pada pemikiran-pemikiran mereka.
Orientasi para ahli fisikawan kali ini lebih mengedepankan kecerdasan intelektual, kecerdasan akademis dan materialisme, menjadikan mereka bak robot yang otaknya hanya terperas demi kepuasan diri sendiri. Sedangkan kebutuhan rohani mereka berupa pengajaran din (agama), tarbiyah dan tazkiah bagi jiwa seakan tak mendapat porsi bagi waktu-waktu yang mereka jawab.[2]
Ilmu agama dapat dijadikan penyeimbang dari ilmu sains, karena bila ilmu sains tidak diseimbangkan dengan ilmu agama maka akan mengahsilkan kemajuan secara fisik tetapi kering dalam aspek spiritual. Hal itu juga dikarenakan ilmu agama berjalan beriringan dengan ilmu pengetahuan (Sains), sebagai sorang muslim tidak ada Islam tanpa pengetahuan, oleh karena itu Islam terdiri dari ; pertama, pengetahuan, dan kedua, mengamalkan pengetahuan itu dalam bentuk tindakan. Tak seorang pun bisa menjadi muslim tanpa mengethui makna Islam dalam berbagai aspek, karena menjadi muslim bukanlah atas dasar kelahiran, melainkan berdasarkan pengetahuan.[3]
Dapat disimpulkan bahwa selain kita mempelajari tentang materi dan ilmu pengetahuan maka kita dianjurkan untuk mengembalikan apa yang kita pelajari pada Sang Pencipta dan menarik benang merah ilmu pengetahuan dengan ilmu agama. Dan juga perlu diketahui bahwa ilmu sains juga memuat ayat-ayat Ilahi yang tidak boleh dipungkiri, supaya natinya akan terbentuk ilmuwan yang agamis dan agamawan yang intelek.[4] Apabila kita bawa ke ranah pendidikan maka akan terbentuk suatu terobosan yang baru yaitu pengajaran mengkombinasikan antara ilmu agama (spiritual) dan ilmu sains. Pengajaran yang seperti ini menggunakan pendidikan spiritual, dengan menggunakan pendidikan spiritual pada pembelajaran di kelas diharapkan nantinya siswa bukan saja mempunyai karakter bangsa tetapi mempunyai karakter keagamaan, ini sesuai dengan yang diharapkan oleh Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003. Dan karakter yang tertanam dalam diri siswa jika menggunakan pendidikan spiritual adalah integritas (kejujuran), energik (semangat), wisdom (bijaksana), inspiration (banyak ide) dan spirit (kuat).



[1]Abdul Majid Bin Aziz bin Aziz Al-Zindani, dkk., Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang IPTEK, Gema Insani Press, Jakarta, 2002, Cetakan III, hal. 8.
[2]Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah –Ibnu Rajab Al-Hambali –Imam Al-Ghazali, Tazkiatun Nafs, Pustaka Arafah, solo, 2007, Cetakan XVIII, hal. V.
[3]Abul A’la Maududi, Menjadi Muslim Sejadi, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2001, Cetakan V, hal. 50.
[4]Ari Kusumastuti, Analisis Vektor kajian teori dengan pendekatan Al-Qur’an, UIN-Malang Press, Malang, 2008, hal. Iv.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar