
A.
Spiritual
a.
Pengertian Spiritual
Spiritual berasal dari kata spirit yang berarti : roh, jiwa, kepribadian,
semangat, kegesitan atau refleksi.[1]
Sedangkan spiritual memiliki arti : kerohanian,
kejiwaan, kehidupan rohani.[2] Mimi
Doe dan Marsha Walch mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya
harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti
bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang
lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan
kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber
keberadaan kita.[3]
b.
Energi Spiritual dalam Otak
Akal merupakan suatu daya terpenting yang dimiliki manusia, yang
membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya adalah akal, dimana dengan
akal manusia dapat memilah kebenaran dan kebathilan. Akal manusia berpusat di
dalam kepala berupa pikiran, daya keberanian yang berpusat di dada dan daya
nafsu yang berpusat di perut. Menurut Ibnu Sina di dalam buku Fatkhurrahman
Al-Munawwar yang berjudul Kemampuan Metafisik dalam Perspektif Islam mengatakan
bahwa setiap manusia memiliki akal material atau akal potensial (al-‘aql bil quwwah) yaitu kekuatan
berpikir berbentuk laten, karena kekuatan berpikir itu masih dalam bentuk
potensi.[4]
Akal material itu mengandung dua potensi besar yaitu : pertama, potensi mengenal sesuatu yang tidak bersifat material,
seperti Tuhan, roh, dan malaikat; kedua,
potensi mengenal sesuatu yang bersifat material dan yang dapat ditangkap oleh
indra manusia. Potensi yang pertama disebut akal teoritis (‘alimah), sedangkan yang kedua disebut akal praktis (‘amilah).[5]
Potensi akal manusia untuk mengenal sesuatu yang tidak bersifat material (immaterial) itu menunjukkan bahwa pada
otak manusia memiliki fungsi spiritual, yaitu untuk mengenal Tuhan. Ary
Ginanjar mengungkapkan bahwa dimensi spiritual manusia itu dapat diilustrasikan
sebagai pusat kegiatan spiritual manusia pada Ka’bah di Mekkah, dimana Sir
Charles menggambarkan suatu pola gerakan listrik pada otak manusia, yang mirip
dengan gerakan kosmik galaksi Bimasakti. gerakan kosmik galaksi Bimasakti
berupa gerakan bintang-bintang dan planet mengelilingi Bimasakti. Serupa juga
bulan mengelilingi Bumi, seperti elektron mengelilingi atom.[6]
Dengan kemampuan berpikir spiritual itu, manusia dirangsang untuk bisa
melahirkan apa makna hidup di dunia, dari mana berasal, kemana dia akan pergi,
bagaimana kehidupan sesudah mati, dan lain sebagainya. Kemampuan berpikir
spiritual menyebabkan manusia untuk siap hidup menderita dan siap mengorbankan
dirinya untuk mengabdi/ menembah pada Tuhan.
c.
Kecerdasan (Intelligence)
Menurut Spearman dan Jones, bahwa ada suatu konsepsi lama tentang
kekuatan (power) yang dapat
melengkapi akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal, untuk
dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan dalam bahasa yunani
disebut nous, sedangkan penggunaan bahasa Latin dikenal sebagai intellectus dan
intelligentia. Selanjutnya, dalam bahasa Inggris masing-masing diterjemahkan
sebagai intellect dan intelligence. Intelligence dalam bahasa Indonesia
diartikan inteligensi (kecerdasan),
semula berarti penggunaan kekuatan intelektual secara nyata, tetapi kemudian
diartikan sebagai suatu kekuatan yang lain.[7]
Ciri-ciri prilaku orang yang mempunyai kecerdasan tinggi adalah adanya
kemampuan untuk memahami dan menyelesaikan problem mental dengan cepat,
kemampuan mengingat, kreativitas yang tinggi, dan imajinasi yang berkembang.[8]
Sebaliknya orang yang disebut orang dengan kecerdasan rendah adalah mereka yang
kurang untuk memahami dan menyelesaikan masalah, kurangnya daya ingat, tidak
mempunyai kreativitas, dan imajinasi yang stagnan.
Masayarakat umum mengenal intelligence
sebagai istilah yang mengambarkan kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir
seseorang atau kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan problem yang
dihadapi (problem solving). Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka kecerdasan yang sebelumnya hanya
diartikan kemampuan seseorang menguasai ilmu yang ia pelajari, maka seorang
psikologi bernama Howard Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan
seseorang untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia,
kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan,
kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan
pengahargaan dalam budaya seseorang. Kemudian ia membagi kecerdasan dasar
menjadi tujuh, yaitu: 1.) Musical
Intellegence (Kecerdasan Musik), 2.) Bodily
Kinesthetic Intelligence (Kecerdasan Gerakan Badan), 3.) Linguistic Inteligence (Kecerdasan
Linguistik), 4.) Logical Mathematical Intelligence
(Kecerdasan Logika Matematika), 5.) Spatial
Intelligence (Kecerdasan Ruang), 6.) Interpersonal
Intelligence (Kecerdasan Antarpribadi), 7.) Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan Intra Pribadi).[9]
Ada dua kategori yang cukup menarik dari tujuh kecerdasan yang
dikemukakan gardner, yang pertama yaitu Interpersonal
Intelligence (Kecerdasan Antar Pribadi) berkenaan dngan kemampuan untuk
menyadarkan dan membuat perbedaan suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan
tentang orang lain. Selanjutnya yang kedua yaitu Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan Intra Pribadi) berkenaan
dengan pengetahuan diri (self knowledge)
dan kemampuan melakukan tindakan beradaptasi atas dasar pengetahuan diri
tersebut.
d.
Kecerdasan spiritual
Pada mulannya para ahli mengungkapkan bahwa yang menentukan kesuksesan
seseorang adalah kecerdasan intelektual (Intelligent Quotient: IQ),
kemudian dilakukan penelitian kembali bahwa IQ hanya menyumbang 20 persen dari
kesuksesan seseorang. Dan ada satu lagi faktor yang menentukan kesuksesan yaitu
kecerdasan emosional (Emotional Quotient: EQ), EQ menyumbang sebesar 80
persen. Yang dapat digolongkan sebagai kecerdasan emosional antara lain empati,
motivasi diri, pengendalian diri, keuletan, kemampuan bersosialisasi, kemampuan
bersosialisasi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dan mengatasi yang sulit.[10]
Kecerdasan emosional (EQ) memang membuat orang lebih mudah
mencapai sukses dalam hidup. Tapi untuk menemukan kebahagiaan dan makna dari
kehidupan, diperlukan kecerdasan spiritual
(SQ). Ketiga jenis kecerdasan tersebut (IQ, EQ dan SQ) secara bersama-sama
berperan dalam membentuk kepribadian seseorang dan mempengaruhi kesuksesan
seseorang.[11]
Setelah kita mengetahui apa itu kecerdasan dan apa itu spiritual,
selanjutnya akan kita bahas tentang kecerdasan spiritual (Spiritual Intelligence). Kecerdasan spritual tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan
adalah
kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah
yang menuntut kemampuan fikiran.
Sedangkan spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya
harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti
bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang
lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan
kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber
keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental,
moral.
Jadi berdasarkan arti dari dua kata
tersebut kecerdasan
spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan. Zohar dan Marshal
mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari
pada yang lain.[12]
Konsep kecerdasan spiritual dalam Islam juga
sangat jauh berbeda dengan Barat karena SQ di Barat hanya berhenti pada
kesadaran bahwa manusia merupakan bagian dari sesuatu yang besar yaitu alam
semesta, sedangkan Islam menganggap alam semesta hanyalah makhluk Allah
sebagaimana manusia, yang tunduk kepada aturan dan perintah Allah. Oleh karena
itu tujuan pendidikan spiritual dalam Islam harus mampu membentuk
individu-individu muslim yang paham hakikat eksistensinya di dunia ini serta
tidak melupakan hari akhir dimana dirinya akan kembali.[13]
[1] Fatkhurrahman Al-Munawwar, Kemampuan Metafisik
Manusia Dalam Perspektif Islam Kajian Dimensi Spiriritual Dan Supernatural
Dengan Pendekatan Saintifik, Center Of Excelence Program Universitas
Sains Al-Qur’an, Wonosobo, hal. 19
[2] Pius A.
Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arloka,
Surabaya, 2001, hal. 271.
[3] Arya Utama, http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/02/18/pengertian-kecerdasan-spritual/
diakses pada tanggal 7 Maret 2012
[4] Fatkhurrahman
Al-Munawwar, Kemampuan Metafisik Manusia Dalam Perspektif Islam Kajian
Dimensi Spiriritual Dan Supernatural Dengan Pendekatan Saintifik,
Center Of Excelence Program Universitas Sains Al-Qur’an, Wonosobo, hal. 65.
[6] Ari Ginanjar
Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ POWER Sebuah Inner Journey
Melalui Al-Ihsan, Penerbit Arga, 200, cetakan ke-14, hal. 18-19.
[12] Arya Utama, http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/02/18/pengertian-kecerdasan-spritual/
diakses pada tanggal 7 Maret 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar