Jumat, 25 Mei 2012

Kecerdasan Spiritual (SQ)


       A.    Spiritual
        a.       Pengertian Spiritual
Spiritual berasal dari kata spirit yang berarti : roh, jiwa, kepribadian, semangat, kegesitan atau refleksi.[1] Sedangkan spiritual memiliki arti : kerohanian, kejiwaan, kehidupan rohani.[2] Mimi Doe dan Marsha Walch mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita.[3] 

b.      Energi Spiritual dalam Otak
Akal merupakan suatu daya terpenting yang dimiliki manusia, yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya adalah akal, dimana dengan akal manusia dapat memilah kebenaran dan kebathilan. Akal manusia berpusat di dalam kepala berupa pikiran, daya keberanian yang berpusat di dada dan daya nafsu yang berpusat di perut. Menurut Ibnu Sina di dalam buku Fatkhurrahman Al-Munawwar yang berjudul Kemampuan Metafisik dalam Perspektif Islam mengatakan bahwa setiap manusia memiliki akal material atau akal potensial (al-‘aql bil quwwah) yaitu kekuatan berpikir berbentuk laten, karena kekuatan berpikir itu masih dalam bentuk potensi.[4] Akal material itu mengandung dua potensi besar yaitu : pertama, potensi mengenal sesuatu yang tidak bersifat material, seperti Tuhan, roh, dan malaikat; kedua, potensi mengenal sesuatu yang bersifat material dan yang dapat ditangkap oleh indra manusia. Potensi yang pertama disebut akal teoritis (‘alimah), sedangkan yang kedua disebut akal praktis (‘amilah).[5]
Potensi akal manusia untuk mengenal sesuatu yang tidak bersifat material (immaterial) itu menunjukkan bahwa pada otak manusia memiliki fungsi spiritual, yaitu untuk mengenal Tuhan. Ary Ginanjar mengungkapkan bahwa dimensi spiritual manusia itu dapat diilustrasikan sebagai pusat kegiatan spiritual manusia pada Ka’bah di Mekkah, dimana Sir Charles menggambarkan suatu pola gerakan listrik pada otak manusia, yang mirip dengan gerakan kosmik galaksi Bimasakti. gerakan kosmik galaksi Bimasakti berupa gerakan bintang-bintang dan planet mengelilingi Bimasakti. Serupa juga bulan mengelilingi Bumi, seperti elektron mengelilingi atom.[6]
Dengan kemampuan berpikir spiritual itu, manusia dirangsang untuk bisa melahirkan apa makna hidup di dunia, dari mana berasal, kemana dia akan pergi, bagaimana kehidupan sesudah mati, dan lain sebagainya. Kemampuan berpikir spiritual menyebabkan manusia untuk siap hidup menderita dan siap mengorbankan dirinya untuk mengabdi/ menembah pada Tuhan.

c.       Kecerdasan (Intelligence)
Menurut Spearman dan Jones, bahwa ada suatu konsepsi lama tentang kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal, untuk dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan dalam bahasa yunani disebut nous, sedangkan penggunaan bahasa Latin dikenal sebagai intellectus dan intelligentia. Selanjutnya, dalam bahasa Inggris masing-masing diterjemahkan sebagai intellect dan intelligence. Intelligence dalam bahasa Indonesia diartikan inteligensi (kecerdasan), semula berarti penggunaan kekuatan intelektual secara nyata, tetapi kemudian diartikan sebagai suatu kekuatan yang lain.[7] 
Ciri-ciri prilaku orang yang mempunyai kecerdasan tinggi adalah adanya kemampuan untuk memahami dan menyelesaikan problem mental dengan cepat, kemampuan mengingat, kreativitas yang tinggi, dan imajinasi yang berkembang.[8] Sebaliknya orang yang disebut orang dengan kecerdasan rendah adalah mereka yang kurang untuk memahami dan menyelesaikan masalah, kurangnya daya ingat, tidak mempunyai kreativitas, dan imajinasi yang stagnan.
Masayarakat umum mengenal intelligence sebagai istilah yang mengambarkan kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan problem yang dihadapi (problem solving). Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka kecerdasan yang sebelumnya hanya diartikan kemampuan seseorang menguasai ilmu yang ia pelajari, maka seorang psikologi bernama Howard Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan pengahargaan dalam budaya seseorang. Kemudian ia membagi kecerdasan dasar menjadi tujuh, yaitu: 1.) Musical Intellegence (Kecerdasan Musik), 2.) Bodily Kinesthetic Intelligence (Kecerdasan Gerakan Badan), 3.) Linguistic Inteligence (Kecerdasan Linguistik), 4.) Logical Mathematical Intelligence (Kecerdasan Logika Matematika), 5.) Spatial Intelligence (Kecerdasan Ruang), 6.) Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Antarpribadi), 7.) Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan Intra Pribadi).[9]
Ada dua kategori yang cukup menarik dari tujuh kecerdasan yang dikemukakan gardner, yang pertama yaitu Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Antar Pribadi) berkenaan dngan kemampuan untuk menyadarkan dan membuat perbedaan suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan tentang orang lain. Selanjutnya yang kedua yaitu Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan Intra Pribadi) berkenaan dengan pengetahuan diri (self knowledge) dan kemampuan melakukan tindakan beradaptasi atas dasar pengetahuan diri tersebut.

d.      Kecerdasan spiritual
Pada mulannya para ahli mengungkapkan bahwa yang menentukan kesuksesan seseorang adalah kecerdasan intelektual (Intelligent Quotient: IQ), kemudian dilakukan penelitian kembali bahwa IQ hanya menyumbang 20 persen dari kesuksesan seseorang. Dan ada satu lagi faktor yang menentukan kesuksesan yaitu kecerdasan emosional (Emotional Quotient: EQ), EQ menyumbang sebesar 80 persen. Yang dapat digolongkan sebagai kecerdasan emosional antara lain empati, motivasi diri, pengendalian diri, keuletan, kemampuan bersosialisasi, kemampuan bersosialisasi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dan mengatasi yang sulit.[10] Kecerdasan emosional (EQ) memang membuat orang lebih mudah mencapai sukses dalam hidup. Tapi untuk menemukan kebahagiaan dan makna dari kehidupan, diperlukan kecerdasan spiritual (SQ). Ketiga jenis kecerdasan tersebut (IQ, EQ dan SQ) secara bersama-sama berperan dalam membentuk kepribadian seseorang dan mempengaruhi kesuksesan seseorang.[11]
Setelah kita mengetahui apa itu kecerdasan dan apa itu spiritual, selanjutnya akan kita bahas tentang kecerdasan spiritual (Spiritual Intelligence). Kecerdasan spritual tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Sedangkan spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita.  Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, moral.
Jadi berdasarkan arti dari dua kata tersebut kecerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan. Zohar dan Marshal mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari pada yang lain.[12]
Konsep kecerdasan spiritual dalam Islam juga sangat jauh berbeda dengan Barat karena SQ di Barat hanya berhenti pada kesadaran bahwa manusia merupakan bagian dari sesuatu yang besar yaitu alam semesta, sedangkan Islam menganggap alam semesta hanyalah makhluk Allah sebagaimana manusia, yang tunduk kepada aturan dan perintah Allah. Oleh karena itu tujuan pendidikan spiritual dalam Islam harus mampu membentuk individu-individu muslim yang paham hakikat eksistensinya di dunia ini serta tidak melupakan hari akhir dimana dirinya akan kembali.[13]


[1] Fatkhurrahman Al-Munawwar, Kemampuan Metafisik Manusia Dalam Perspektif Islam Kajian Dimensi Spiriritual Dan Supernatural Dengan Pendekatan Saintifik, Center Of Excelence Program Universitas Sains Al-Qur’an, Wonosobo, hal. 19
[2] Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arloka, Surabaya, 2001, hal. 271.
[3]  Arya Utama, http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/02/18/pengertian-kecerdasan-spritual/ diakses pada tanggal 7 Maret 2012
[4] Fatkhurrahman Al-Munawwar, Kemampuan Metafisik Manusia Dalam Perspektif Islam Kajian Dimensi Spiriritual Dan Supernatural Dengan Pendekatan Saintifik, Center Of Excelence Program Universitas Sains Al-Qur’an, Wonosobo, hal. 65.
[5] Fatkhurrahman Al-Munawwar, S.Ag., M.Pd., Ibid., hal. 65.
[6] Ari Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ POWER Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan, Penerbit Arga, 200, cetakan ke-14, hal. 18-19.
[7]  Hamzah Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2006. Hal. 58.
[8] Hamzah Uno, Ibid., hal. 59.
[9] Hamzah Uno, Ibid., hal.61.
[10] Fatkhurrahman Al-Munawwar, S.Ag., M.Pd., Op. cit,  hal. 22
[11] Fatkhurrahman Al-Munawwar, S.Ag., M.Pd., Ibid,  hal. 23
[12] Arya Utama, http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/02/18/pengertian-kecerdasan-spritual/ diakses pada tanggal 7 Maret 2012.
[13] Dinar Dewi Kania, Pendidikan Spiritual?, Diakses Pada Tanggal 15 Januari 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar